Berbagi Ilmu
Sampaikanlah olehmu (akan kebenaran) walaupun hanya satu ayat
Selasa, 26 April 2011
Hanya Engkau yang Kutuju
Buah dari tarekat adalah 'merasa dilihat dan didengar oleh Allah'. Tarekat bukanlah ciptaan dari para syeikh, melainkan ajaran yang bersumber dari Rasulullah. Tarekat mendorong kita dekat dengan Allah dan Nabi Muhamad SAW. Tarekat adalah benteng dari syirik, sebagaimana do'a yang selalu disebut pengamalnya:
Illahi anta maksudi wa ridhlaka maAtlubi
. Inilah yang disampaikan oleh KH. Habib Muhammad Luthfi bin Ali bin Yahya dalam Tabligh Akbar yang diselenggarakan Surau Baitul Amin Sawangan, 16 November 2008 lalu.
Dalam suasana hari yang cerah, sesekali semilir angin menghembus jamaah yang ternaungi tenda yang megah, pemimpin perkumpulan tarekat-tarekat yang tergabung dalam Jami'iyyah Ahlith Thariqah Al Mu'tabarah An-Nahdliyah (JATMAN) memukau segenap hadirin. Guru dari Tarekat Syadziliyah ini mencontohkan, ketika kita berpakaian rapi saat makan, bukan berarti kita menghormati nasi melainkan menghormati pencipta-Nya. Hal ini dikarenakan ketidakmampuan kita dalam menciptakan bahkan satu butir nasi sekalipun.
Masih berkaitan dengan Hari Pahlawan, ia menegaskan bahwa harga diri bangsa adalah harga mati yang tak bisa ditawar lagi. Pria kelahiran Pekalongan 10 November 1946 ini menambahkan bahwa perjuangan pahlawan dalam memerdekakan negara dan menegakkan agama dilalui dengan banyak pengorbanan. "Para pahlawan pasti merasa sedih di dalam kubur melihat bangsa dan umat ini begitu mudahnya dipecah-belah. Maka untuk membuktikan rasa terima kasih pada mereka, kita harus rapatkan barisan hingga tak mudah cerai-berai - apalagi hanya didasari kepentingan politik sesaat kelompok tertentu," tegas Habib Luthfi.
Peserta Tabligh Akbar Yang bedatangan dari berbagai wilayah di Jabodetabek
Salah satu wujud rasa terima kasih atas nikmat Iman dan Islam, menurut Habib Luthfi, adalah dengan cara mensyukuri setiap karunia dari Allah dengan cara menjaga indera kita untuk mengerjakan kebaikan dan kebenaran. "Menjaga mata dari pandangan yang buruk, menjaga mulut dari ucapan yang kurang baik, dan lain sebagainya. Mata, mulut, telinga dan seluruh anggota tubuh bisa dilatih, demikian pula dengan hati, cara menjaganya dengan husnu zhan (berprasangka baik) pada orang lain," ungkap Habib Luthfi.
Pada sesi sebelumnya, da'i muda Ustadz Ahmad Al-Habsyi mengatakan, setiap muslim mendambakan akhir kehidupan yang baik (husnul khatimah). Yakni, wafat dalam keadaan beriman dan mengucapkan dua kalimat syahadat. Namun, hal tersebut tidak mudah. Hal itu hanya bisa dicapai oleh muslim yang kaffah (beriman dan berislam secara keseluruhan).
Berkait dengan hal tersebut, Ustadz Al-Habsyi mengajak seluruh jamaah untuk selalu ingat kepada Allah dengan cara sering menyebutNya (dzikrullah). Namun, tidak sempurna dzikir kepada Allah tanpa menyebut nama Rasululllah (bershalawat). "Sedangkan Allah saja yang menciptakan alam semesta ini bershalawat kepada Nabi Muhammad SAW. Allah Yang Maha Mulia memuliakan Nabi Muhammad SAW. Karena itu, kalau kita ingin dicintai Allah, cintailah terlebih dahulu Nabi kita, dengan cara meneladani dan mengamalkan Sunnah Rasulululah SAW," tandas Ustadz Al-Habsyi.
Selaku pengamal Tarekat Naqsyabandiyyah Al Khalidiyah dalam wadah Yayasan Prof. Dr. H. Kadirun Yahya ini, Prof. Dr. KH. Djamaan Nur - Guru Besar STAIN Bengkulu menyampaikan bahwa seorang muslim yang kaffah adalah apabila ia melaksanakan tiga pilar pokok yaitu Iman, Islam dan Ihsan. Ilmu yang mempelajari ihsan adalah tasawuf, metodenya adalah tarekat (sering pula ditulis/dilafalkan: tarikat, thariqat, thariqah) dan dzikir sebagai isinya.
"Guru yang sekaligus Pendiri Yayasan ini, yang kemudian dilanjutkan oleh penerusnya sangat concern (perhatian) terhadap ajaran Islam secara kaffah. Karena pengamalan tasawuf (tarekat) tanpa syariat disebut sebagai perusak agama, dan sebaliknya syariat tanpa tasawuf (tarekat) hanya mendapat kulitnya saja. Yang ideal adalah yang mengamalkan keduanya," ucap Prof. Djamaan Nur.
Dalam sambutannya, Walikota Depok Nur Mahmudi Ismail menekankan perlunya menerapkan akhlak yang diteladankan Rasulullah dalam berbagai aspek kehidupan. Berkkaitan dengan dzikrullah, Nur Mahmudi menjelaskan tentang firman Allah, bahwa berdzikir membuat hidup kita menjadi tenang.
"Upaya menuju muslim kaffah tidak hanya terkait dengan ibadah mahdhah (ritual). Tidak kalah pentingnya adalah penerapan ajaran Islam dalam berbagai bidang kehidupan sosial dan budaya, termasuk menjaga kebersihan dan membiasakan makan dengan tangan kanan," kata Walikota Depok, seraya menyampaikan terima kasih atas ikhtiar Pengurus Yayasan yang telah ikut memberi penjelasan, beramar ma'ruf nahi munkar, mengukuhkan kualitas ke-Islaman warga Depok pada khususnya dan umat Islam Indonesia pada umumnya.
Selaku tuan rumah, Dr. H. Akhmad Qadri Ramadhany, SH, MM, menyampaikan syukur dan sukacitanya kehadiran umat Islam di Depok dan sekitarnya. "Tabligh akbar ini merupakan kegiatan pengembangan dari pengajian ibu-ibu yang rutin dilakukan di surau ini yang dihadiri tidak hanya jamaah surau. Bersama-sama dengan penyelenggara Festival Marawis, kegiatan Tabligh Akbar seperti ini akan kami jadikan agenda rutin tahunan," ungkap H. Akhmad Qadri Ramadhany yang akrab disapa Bang Dhany
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Posting Lebih Baru
Posting Lama
Beranda
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar